Kemarin malam, saya
menyaksikan acara Hitam Putih yang pada saat itu bintang tamunya adalah Uya
Kuya sekeluarga. Yang menarik dari acara yang ditayangkan semalam adalah
beberapa pesan moral yang bisa kita ambil.
Salah satunya yaitu saat
si Host (Deddy Corbuzier) memberikan hadiah kepada dua anak Uya Kuya (Cinta dan
Nino). Hadiah pertama diberikan kepada Cinta, yang dibungkus dengan kotak
berwarna merah muda kemudian dihiasi
dengan pita. Isi dari kotak itu adalah sebuah lollipop. Hadiah kedua diberikan
kepada Nino (adik laki-laki Cinta). Hadiah kali ini tanpa kotak kado, hanya
dimasukkan dalam sebuah kantong. Dan setelah dikeluarkan isinya pun sama,
sebuah lollipop tapi dengan ukuran yang lebih besar daripada sebelumnya.
Yang bisa diambil dari
kejadian tersebut adalah pada dasarnya semua perempuan itu menyukai keindahan. Gaun
yang indah, rumah yang bersih dan rapi, bunga-bunga dengan ragam warna yang
mempesona, laki-laki dengan kata-kata yang baik dan sopan. Apapun itu asalkan
menunjukkan sebuah keindahan, perempuan akan lebih tertarik. Dicontohkan dengan
hadiah berupa lollipop yang dibungkus dengan kotak kado kemudian dihiasi dengan
pita. Lain halnya dengan laki-laki. Laki-laki tidak terlalu mempermasalahkan
tentang keindahan tapi cenderung lebih pada nilai, baik kuantitas maupun
kualitas. Sifat dasar laki-laki adalah senang jika dia dinilai lebih (memiliki
nilai tambah), baik itu oleh orang tuanya, saudara, istri, atasannya di kantor ,
siapapun itu. Dicontohkan dengan lollipop yang hanya dimasukkan dalam kantong
tetapi memiliki ukuran yang lebih besar.
Pesan moral kedua yaitu
ketika Deddy Corbuzier menceritakan pengalamannya saat jalan-jalan bersama
anaknya. Dia menceritakan waktu itu anaknya bermain perosotan dalam sebuah
arena ice skating. Untuk menikmati wahana tersebut, mereka harus mengeluarkan
kocek sebesar Rp 35.000,00/30 menit. Ketika sang anak sedang asyik bermain, dia
melihat ada seorang anak seusianya menangis, merengek kepada kedua orang tuanya
agar diperbolehkan untuk bermain perosotan tersebut. Tapi si orang tua tersebut
tetap tidak memperbolehkan
sang anak untuk bermain. Bahkan si orang tua bilang pada anaknya “Ngapain main
begituan, ngabisin uang aja.” Melihat kejadian tersebut, anaknya si Deddy
Corbuzier merasa iba dengan si anak yang menangis. Kemudian dia memberikan uang
Rp 50.000,00 miliknya sendiri kepada orang tua si anak agar anaknya
diperbolehkan untuk bermain perosotan. Orang tua anak tersebut menolak
pemberian tersebut. Mungkin karena merasa tersinggung, si orang tua
mengeluarkan dompetnya dan disana terdapat segepok uang ratusan ribu. Mereka
orang kaya, tapi sayangnya mereka tidak mau mengorbankan (hanya) sedikit dari
kekayaannya untuk kebahagiaan anaknya. Miris. Bayangkan ketika nanti si anak
tersebut sudah dewasa dan sang orang tua tersebut sudah sangat tua bahkan
sakit-sakitan dan diharuskan untuk berobat ke rumah sakit, lalu si anak
tersebut ngomong “Ngapain ke rumah sakit, ngabisin duit aja.” Sakit bukan?
Dari kejadian tersebut
dapat diambil kesimpulan, bahwa apa yang kita tanam saat ini, dikemudian hari
kita sendirilah yang akan menuai hasilnya. Dalam hal apapun, dunia maupun
akhirot. Saat orang tua mengajarkan kebaikan ke anak-anaknya maka saat si anak
telah dewasa, anak tersebut pasti akan membalas kebaikan kita. Selain itu anak
tersebut nantinya juga akan mengajarkan kebaikan ke anak-anaknya kelak, sama
seperti saat kita mengajarinya dulu. Biarpun anak-anak, biarpun masih kecil
tapi mereka tahu dengan apa yang kita perbuat. So, jangan salah langkah dalam memberikan pembelajaran pada anak.
Jangan takut menderita, miskin, melarat dsb dengan pengorbanan yang kita
lakukan. Semua itu akan terbalas dengan kebahagiaan orang-orang di sekitar
kita. Sering kali yang saya temui, pengorbanan yang dilakukan kecil nilainya
bila dibandingkan dengan kebahagiaan yang akan diperoleh. Jangan segan untuk
menolong orang, jangan segan untuk menyapa “hai” ataupun melayangkan senyuman,
jangan segan untuk bersedekah, jangan segan untuk beribadah. Percayalah,hasil
yang akan didapat insya Alloh akan lebih menyenangkan.