Selesai melaksanakan sholat Maghrib aku bersiap-siap untuk pergi
menemuinya. Apapun jawaban yang dia berikan nanti, Insyaalloh adalah
yang terbaik bagiku kedepannya, aku mencoba untuk tetap huznudhonbillah.
Begitu sampai di SS, aku langsung memilih tempat. Malam ini sepertinya
tempat ini cukup sepi, tidak seperti biasanya yang sarat akan pengunjung.
Tiba-tiba HP ku bergetar. Ternyata pesan darinya.
Meja
nomor brp mas?
Akupun
kemudian membalas SMS tersebut. Meja nomor 14.
Aku melihat dia bersama adiknya. Kemudian aku melambaikan tangan. Dia
tersenyum kemudian berjalan kearahku sambil memasukkan Handphone-nya ke
dalam tas kecil yang dia bawa. Aku amati sekilas, dia ternyata tidak banyak
berubah, masih seperti dulu, masih dengan gayanya yang sederhana. Dia
mengenakan baju dengan motif bunga-bunga dan jilbab berwarna merah muda. Dandanannya
wajar, bahkan bisa dibilang sangat sederhana. Simple tapi menawan. Raut
wajahnya menggambarkan keceriaan. Dan senyumnya masih sama, senyum yang
menentramkan. Itulah yang membuatku jatuh hati padanya, pada seorang Tiara
Zaskia.
“Assalamualaikum
Mas.”
“Waalaikumussalam.”
Akhirnya kami mengobrol, menanyakan keadaan satu sama lain setelah 2
tahun tidak berjumpa. Kemudian Tiara angkat bicara tentang inti yang menjadi
alasan kenapa kami saat ini berada disini.
“Emm…Mas,
kalau boleh tau kenapa kok Mas lebih memilih aku. Padahal diluar sana masih
banyak loh perempuan yang lebih cantik. Aku ini orangnya, yah..beginilah Mas,
biasa-biasa aja?”
Aku
hanya tersenyum mendengar pertanyaannya.
“Semua
laki-laki pasti akan senang melihat wanita yang wajahnya cantik tapi aku lebih
senang jika memiliki wanita yang hatinya cantik. Kamu itu berbeda dari
perempuan yang lain. Aku senang melihat sifatmu yang sederhana, nggak
aneh-aneh. Kalau di dekat kamu, aku seakan-akan mendapat banyak nasihat. Ketika
melihat caramu berpakaian, aku langsung tersadar arti sebuah kesederhanaan.
Jujur, dulu aku sering beli baju hanya untuk mengikuti mode padahal baju
yang lain masih layak pakai. Aku dulu juga sering gonta-ganti HP hanya karena
nggak mau ketinggalan jaman. Sedangkan kamu, sampai sekarang tetap memakai HP
yang dulu kan. Kamu juga gadis yang baik. Masih ingatkan kejadian ketika kita
bertemu di depan Benteng Vredeburg. Dan sebenarnya masih ada banyak lagi
tingkah laku yang aku suka darimu. Ketika kebanyakan orang hanya sekadar
memberikan nasihat ini itu lewat lisan, tapi kamu tidak hanya sekadar di lisan
saja, kamu lebih banyak memberikan contoh secara langsung. Itulah mengapa aku
memilih untuk melamar kamu.”
“Ah
Mas Faris lebay, aku nggak sampe segitunya kali Mas,” Tiara menjawab.
Tampak pipinya memerah karena merasa malu mendengar penjelasanku.
“Kalo
aku memang orangnya nggak suka banyak ngomong Mas. Daripada cuma nasihat ini
itu, aku lebih seneng ngasih contoh langsung, kalo ada orang yang merasa kenek’an
terus mau merubah sifat atau kelakuannya ya Alhamdulillah. Tapi pas waktu itu
sebenarnya aku nggak bermaksud ngenek’i Mas Faris loh,” kata Tiara.
“Ah
nggak masalah, justru aku jadi sadar kok. Jazakillahu khoiro ya.”
“Amiiin.
Emm…soal itu aku kemarin udah minta pertimbangan ibu sama bapak, aku
juga udah istikhoroh Mas,” Tiara mengambil jeda.
“Aku…”
Inilah yang aku tunggu-tunggu. Jantungku berdegub lebih kencang. Seakan-akan
waktu berjalan sangat lambat. Sekelilingku terasa hening, sepertinya semua
orang diam tak bergerak sama sekali, hanya
embun di gelas dinginku yang mengalir perlahan, sangat pelan.
“Aku
mau jadi istrinya Mas Faris.”
Mendengar perkataan Tiara, seakan-akan keadaan kembali normal.
Perasaanku saat itu…ah tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Perasaan yang
lebih dari sekadar bahagia. Alhamdulillah, akhirnya penantianku selama ini
berbuah manis. Di setiap sujudku aku selalu meminta kepada Alloh, aku pasrah
kepada Alloh. Aku yakin Alloh pasti akan menjawab doa hamba-hamba Nya. Lebih
dari dua tahun aku bersabar, memendam semua kekagumanku terhadapnya. Dan saat
ini Alloh benar-benar menjawab doaku. Akhirnya aku bisa menikah dengan orang
yang sangat aku cintai.
***
Aku dan istriku tertawa mengingat masa-masa itu. Saat dimana kami
pertama kali dipertemukan….oleh Alloh. Kami sekarang benar-benar sangat
bahagia. Menjadi keluarga sederhana, harmonis, dan juga romantis.
“Wah
jadi malu kalau ingat jaman kita kuliah dulu ya Yah,” kata istriku.
“Itu
kenang-kenangan buat kita Bunda. Lumayan kan buat cerita ke anak cucu kita
nantinya.”
“Ayah
bisa aja, eh itu pisang goreng sama tehnya Yah, nanti keburu dingin loh.”
“Bunda
kok nggak buat singkong keju aja, kan tema kali ini nostalgia,” godaku sambil
tertawa.
Beruntung aku bisa memiliki istri seperti Tiara. Dia benar-benar
perempuan yang bisa membahagiakanku, membuatku selalu rindu, membuatku betah
untuk berlama-lama berada di sampingnya. Dialah jawaban atas semua doaku selama
ini, istri yang sholihat dan juga barokah. Tiara Zaskia, dialah anugrah
terindah yang Alloh kirimkan untukku, hanya untukku.
S.E.L.E.S.A.I
NB:
Ditujukan untuk kamu, dia, kalian yang sedang
merasakan nikmat cinta
Bahagia tidak hanya ketika kita bisa bertemu dengan
orang yang kita cintai
Bahagia tidak hanya ketika kita mendapatkan senyum dan
salam darinya
Bahagia tidak hanya ketika dia mencintaimu
Bahagia adalah ketika kita bisa mensyukuri dan
menikmati apa yang kita miliki saat ini.
Posting Komentar