Lampu Pijar

gelap-cahaya-terang

  • Hei, selamat datang, sugeng rawuh, welcome di blog saya. Di sini tempat corat-coret saya. Itung-itung turut mengurangi pemakaian kertas dan menjaga lingkungan :). Let's go green and enjoy reading.

Tulisanmu, Cantik

Posted by Arif Sofi On Selasa, Juni 26, 2012 0 comments

Kali ini aku mau berbagi cerita seputar pemberkasan yang akhir-akhir ini menjadi perbincangan bagi kami, para calon ajun akuntan baru. Banyak sekali berkas yang harus kami kumpulkan. Mulai dari ijazah, SKCK, Kartu Kuning, Surat keterangan berbadan sehat, Surat keterangan bebas narkoba, Surat lamaran untukmu kerja, dan surat-surat pernyataan yang lain. Selain jumlahnya banyak, cara pengisian dan penulisan surat-surat tersebut ternyata cukup merepotkan. Banyak sekali aturan main yang harus diperhatikan. Salah satu aturannya yaitu harus ditulis tangan dengan huruf KAPITAL menggunakan snowman drawing pen 0,2 warna hitam. Tidak boleh ada coretan dan tidak boleh di tipp-ex. Salah sedikit saja berarti mengulang dari awal, sangat menarik.
Surat pernyataan yang harus diisi ada sekitar 33 lembar dan surat lamaran kerja yang harus ditulis tangan full satu lembar folio. Mau tidak mau, aku pun juga harus mengisi berkas-berkas tersebut. Harus teliti dan juga hati-hati. Aku juga tidak mau jika harus mengulang dari awal, selain capek tentunya juga akan membutuhkan kertas baru lagi, mubadzir. Ternyata dalam menulis surat pernyataan sebanyak itu, kita membutuhkan kesabaran. Kalau kita tergesa-gesa atau kemrungsung, insyaalloh hasilnya kurang memuaskan.

“Eh Arif tulisannya bagus, kayak tulisan cewek.”
Aku menoleh ke belakang, ternyata dia adalah Ayu (nama sebenarnya :p) teman sekantorku.
    “Haaah,“ aku mencoba melihat tulisanku. Aku amati betul-betul setiap detailnya. 
     “Perasaan sama kayak tulisan cowok yang lain, nggak ada bedanya,” gumamku.


Sebenarnya bukan kali ini saja ada orang yang menganggap tulisanku…ehem…bagus. Sebut saja Mas Yusuf (juga nama sebenarnya) teman satu kos ku dulu. Ketika pengajian, aku memaknai hadistku dengan menggunakan tulisan pegon (arab gundul). Karena melihat tulisanku tiba-tiba dia nyeletuk.
“Kalo cowok tulisannya bagus, biasanya nanti ceweknya nggak cantik lho.”
What the bla bla bla.
“Aku kan luar biasa mas. Tulisanku bagus dan istriku nanti insyaalloh juga cantik.”
Soal tulisan tangan, sepertinya keluargaku dianugerahi tangan yang bisa menulis dengan bagus. Mulai dari mbak sampai adik-adikku kulihat tulisan tangannya memang lumayan bagus. Alhamdulillah yah. Oh mungkin gara-gara ini juga aku dulu tidak diterima di Poltekkes Semarang. “Mana ada dokter yang tulisannya bagus”. Hahaha.  

Anugrah Terindah [part 2]

Posted by Arif Sofi On Selasa, Juni 26, 2012 0 comments


Jam dinding di ruang kelas menunjukkan pukul 15.20 tapi pak dosen masih belum juga mengakhiri perkuliahannya. Aku sampai dibuat terkantuk-kantuk oleh penjelasan mengenai Mekanika Teknik yang dipaparkan oleh beliau. Tepat pukul 15.30 perkuliahanku untuk hari ini disudahi. Aku teringat ajakan Hasan untuk latihan bola sore ini. Wah mudah-mudahan aku masih sempat pergi ke lapang. Segera aku menuju ke tempat parkir untuk mengambil motor, kemudian kembali ke kos.
“Duh hampir jam 4 sore, belum sholat Ashar lagi, langsung mampir masjid aja lah,” gumamku dalam hati.
Sesampainya di masjid aku langsung mengambil air wudhu. Terasa segar tubuh ini setelah dibasuh dengan air wudhu, rasa penat selama jam kuliah hilang begitu saja, menenangkan. Ketika hendak memasuki masjid tiba-tiba seseorang memanggil namaku.
“Mas Faris mau sholat ya?”

Anugrah Terindah [part 1]

Posted by Arif Sofi On Kamis, Juni 21, 2012 2 comments

Hari ini tepat 5 tahun aku menjalin hubungan rumah tangga dengan perempuan yang sangat aku cintai. Istri yang selalu menemaniku di saat senang maupun sedih. Beruntung aku bisa memiliki istri yang benar-benar bisa menyenangkan suaminya, bisa takdhim dan toat terhadap suaminya, istri yang sholihat.
“Ayah, lagi ngelamunin apa sih? Kok dari tadi Bunda lihat Ayah senyum-senyum sendiri,” tanya istriku sembari meletakkan pisang goreng dan teh manis hangat di meja.
“Enggak ada apa-apa Bun, Ayah cuma teringat jaman kita kuliah dulu. Saat Bunda mulai jatuh cinta sama Ayah,” jawabku sambil tersenyum.
“Ah Ayah mulai merayu nih, bukannya dulu Ayah yang kesemsem sama Bunda ya,” samar-samar ku lihat rona merah pada kedua pipi istriku, “cantik”.
***

Fantasista

Posted by Arif Sofi On Rabu, Juni 13, 2012 2 comments

Learn to be a fantasista.

Mesopotamia Ku

Posted by Arif Sofi On Rabu, Juni 06, 2012 0 comments

Selesai sholat ashar, aku dan temanku tidak langsung naik kembali ke ruangan kami masing-masing. Kami biasanya tinggal sebentar di mushola sekadar untuk menghilangkan kepenatan karena terlalu lama menatap monitor atau bicara ngalor-ngidul nggak jelas. Kali itu temanku membicarakan tentang rumahnya di kampung. Kupejamkan mataku. Aku mulai mengingat kembali rumah yang telah aku tempati selama kurang lebih 17 tahun. Berangsur-angsur ingatanku kembali ke masa lalu. Membawaku menjelajahi dunia dimana aku masih berkumpul bersama keluarga, disebuah rumah di Salatiga.
Aku teringat pelajaran sejarah tentang peradaban pada masa silam, Mesopotamia, daerah diantara dua sungai. Mesopotamia diapit oleh sungai Eufrat dan Tigris. Entah kenapa sewaktu guru sejarah menceritakan tentang Mesopotamia ini, aku langsung teringat rumahku. Memang di depan dan belakan rumahku terdapat sungai, tentunya tidak seperti sungai Eufrat dan Tigris. Sungai kecil nan jernih dan arusnya begitu tenang. Dulunya aku dan kawan-kawan sering bermain di sungai tersebut. Bagi kami, sungai itu adalah tempat bermain yang menyenangkan. Kami bisa berenang, memet, membuat kapal-kapalan, atau sekadar menghilangkan jenuh.
Sedikit berjalan ke halaman, terlihat di sebelah Selatan berdiri kokoh Gunung Merbabu. Nampak begitu gagah dan elok Merbabu di pagi hari. Seakan-akan Merbabulah benteng bagi kota Salatiga. Di sebelah barat terdapat perbukitan yang sengaja ditanami dengan pohon karet. Alaska orang menyebutnya dan baru-baru ini aku paham ternyata Alaska adalah akronim dari “Alas Karet”. Di belakang rumahku dulunya terdapat pohon talok yang sangat rindang. Aku dan adik-adikku sering bermain di bawah pohon tersebut. Bahkan kami membuat semacam rumah pohon di atas pohon tersebut. Tak jarang ibu mengomeli kami gara-gara kami sering memanjat pohon tersebut dan bermain di atasnya. “Nanti kalau jatuh bahaya,” begitu kata Ibu. Segera kami turun dari pohon tapi begitu Ibu kembali ke dalam rumah, kami kembali naik ke pohon tersebut (jangan ditiru, saya dulu anak bandel XD ).
Ketika sore hari, halaman di samping rumah beralih fungsi dari tempat menjemur pakaian menjadi gelanggang olahraga. Kadang menjadi sebuah stadion, kadang berubah menjadi lapangan badminton, pokoknya fungsi bisa berubah sewaktu-waktu. Pertama kali aku menyenangi permainan badminton juga berawal dari sepetak halaman ini. Setiap sore Bapak mengajak kami, para anak-anaknya bermain badminton bersama,lebih tepatnya kami merengek-rengek kepada Bapak agar mau menemani bermain. Terkadang aku bermain single melawan Bapak atau kami bermain double, aku dengan adik keduaku dan bapak dengan adikku yang ketiga. Kala itu aku selalu saja bisa dikalahkan oleh Bapak. Kata Bapak aku masih kalah dalam pengalaman. Tapi kalo masalah bermain bola, bisa dikatakan aku lebih lihai daripada Bapak (sedikit sombong :p). Maklum saja, memang dari dulu aku setiap hari bermain bola di tanah lapang bersama teman-temanku.
“Ayo naik”. Ucapan temanku membuyarkan lamunanku. Sedikit demi sedikit aku membuka mata. Dan kulihat kipas yang berputar di langit-langit mushola. Begitu pelan..pelan..dan pelan. Terkembang sedikit senyum dari bibirku. Ah..tak terasa sudah cukup lama kenangan-kenangan itu tak muncul dalam benak ini. Sedikit kenangan tentang Mesopotamia ku tempo dulu.