Lampu Pijar

gelap-cahaya-terang

  • Hei, selamat datang, sugeng rawuh, welcome di blog saya. Di sini tempat corat-coret saya. Itung-itung turut mengurangi pemakaian kertas dan menjaga lingkungan :). Let's go green and enjoy reading.

Anugrah Terindah [part 5]

Posted by Arif Sofi On Kamis, Juli 05, 2012 0 comments


Sebenarnya di akhir masa kuliahku ini, aku diam-diam tertarik dengan seorang perempuan. Perempuan yang selalu membuatku penasaran. Ada sesuatu yang membuatnya terlihat berbeda dari perempuan yang lain. Dia adalah gadis yang lebih banyak diam, tidak banyak bicara. Tapi dari tingkah lakunya seakan-akan tersirat sebuah nasihat. Tak perlu banyak cakap ini itu, dengan melihat apa yang diperbuatnya saja aku merasa kenek’an. Ternyata yang aku lakukan selama ini belum seberapa. Inner beauty yang dimiliki gadis tersebut mampu menarik perhatianku. Pembawaan gadis ini sederhana tapi tetap menawan. Cara berpakaiannya nggak neko-neko, gaya bicaranya menunjukkan kalau dia gadis yang paham. Simple tapi begitu mempesona.
Akupun sempat meng-istikhorohi dirinya. Ku serahkan semua perkara ini pada Alloh, biarlah Alloh nantinya yang memberikan jawaban untukku. Dalam suatu malam ketika aku tidur, aku bermimpi mendapati gadis tersebut sedang sholat Dhuha kemudian dia membaca Al-Quran. Akupun kemudian terbangun dari tidurku. Apakah mimpi tadi jawaban yang ingin engkau tunjukkan pada hamba-Mu ini ya Alloh. Aku melihat jam, kala itu masih jam 3 malam. Ah sepertinya ini waktu yang tepat untuk berdoa, memohon kepada Sang Kuasa. Sebenarnya akupun belum begitu yakin dengan mimpiku. Apakah itu jawaban dari permasalahanku atau hanya bunga tidur semata? Dalam hati kecilku berkata, aku tidak akan pernah tahu kalau aku tidak mencobanya. Setelah pengumuman kelulusan nanti, aku berniat memberanikan diri untuk berterus terang kepadanya. Yah…aku bermaksud untuk melamarnya.
 Kemudian akupun mengatakan keinginanku kepada ibu dan juga bapak. Awalnya mereka sangat terkejut mendengar penuturanku. “Kok terburu-buru ngopo tho le?” begitu kata Ibu. Tapi setelah aku menjelaskan panjang lebar, akhirnya kedua orang tuaku mau mengerti dan setuju dengan keinginanku. Mereka memberi restu. Tapi berbeda dengan kakakku, Mas Bagas. Mas Bagas menyuruhku untuk memikirkan keputusanku baik-baik. Jangan gegabah, menikah itu bukan untuk main-main, setelah menikah kamu mempunyai tanggung jawab terhadap istrimu. Mungkin Mas Bagas berkata demikian karena melihat diriku saat itu belum benar-benar siap, baik mental maupun materi. Mas Bagas kuatir aku mengambil keputusan tersebut lantaran hanya mengikuti hawa nafsu belaka. Maklum, Mas Bagas dulu juga pernah mengalami hal semacam ini, dia lebih paham tentang masalahku kala itu.  Dia kemudian memberikan banyak nasihat kepadaku.
“Bukankah tulang rusuk tak akan tertukar?” Mas Bagas menyadarkanku.
“Kalau kamu yakin dia itu jodohmu, ya mintalah sama Alloh. Kalau gadis tersebut memang yang terbaik dan terbarokah bagimu pasti Alloh akan memberikannya untukmu, hanya untukmu,” Mas Bagas menambahi.
Ah benar juga yang dikatakan Mas Bagas. Aku tak perlu terburu-buru. Lagi pula untuk saat ini aku belum benar-benar mapan. Bukankah aku juga berencana untuk mendapatkan pekerjaan dulu sebelum menikah. Bagaimana kalau nanti dia sudah menikah dengan orang lain? Berarti memang dia bukanlah perempuan yang terbaik dan terbarokah untukku, toh wanita juga tidak hanya dia. Tak perlu kuatir, kalau jodoh pasti tak akan kemana. Tulang rusuk takkan tertukar. Aku mencoba meyakinkan diriku. Bismillah.
Akhirnya akupun mengurungkan niatku untuk melamarnya setelah pengumuman kelulusan. Aku lebih memilih untuk bersabar, menunggu waktu yang tepat, saat aku telah benar-benar siap.
2 tahun kemudian…
Setelah lulus kuliah, aku diterima di salah satu perusahaan swasta terbesar di Indonesia yang bergerak di bidang konstruksi. Alhamdulillah aku ditempatkan di daerah Surabaya. Suatu ketika aku mendapatkan pekerjaan pembuatan jalan tol di daerah sekitar Jogjakarta. Tak kusangka akhirnya aku bisa kembali menginjakkan kaki ke kota gudeg ini. Sudah dua tahun aku meninggalkan kota Jogja. Bagaimana keadaan Jogjakarta sekarang ya?
Akhirnya disela-sela kesibukanku menangani proyek, aku berniat berkunjung ke PPM Kepuh untuk bersilaturrahim. Ternyata tak banyak berubah, masih seperti PPM yang ku kenal dahulu. Akupun berjumpa dengan beberapa sahabat lamaku. Dan akupun juga berjumpa dirinya.
“Mbak Ana,” sapa ku.
“Iya, ini Faris bukan?” tanya Mbak Ana.
“Iya Mbak, masa baru 2 tahun udah lupa.”
“Habisnya setelah lulus kamunya nggak ngasih kabar-kabar sih, tau-tau nongol aja disini. Tambah cakep aja sekarang Ris,” kata Mbak Ana sambil tersenyum.
“Maaf Mbak, habis lulus aku langsung cari kerja. Alhamdulillah langsung keterima. Akhirnya ya begini, sibuk kesana kemari nanganin proyek, risiko jadi kontraktor Mbak. Mbak Ana kok masih disini mbak? Nggak mau pisah sama Jogja ya?”
“Wuih hebat juga kamu Ris, jadi pak kontraktor dong sekarang,” Mbak Ana kemudian tertawa.
“Aku kan baru lulus taun kemaren. S1 pendidikan kan kuliahnya 4 tahun tambah 1 tahun buat semacam training gitu lah. Selama 1 tahun itu aku memilih mengajar di SMA Negeri 1 Jogja. Setelah lulus malah diminta kepala sekolah SMA N 1 Jogja buat membantu mengajar disana, jadi guru honorer disana. Yah lumayanlah, sekalian buat mengabdi untuk negeri.” Jelas Mbak Ana.
“Jadi bu guru nih ceritanya.”
“Iyaa dong,” kami kemudian tertawa bersama.
Setelah berbincang-bincang cukup lama akhirnya aku pamit untuk kembali bertugas. Paling tidak rasa rindu akan jogja sudah sedikit terobati.
Akupun kemudian kepikiran tentang rencanaku 2 tahun yang lalu. Teka-teki yang belum terpecahkan hingga sekarang. Kenapa aku tidak mengatakannya sekarang saja, pikirku. Akhirnya untuk yang kedua kali, aku meminta restu dari kedua orang tuaku untuk melamarnya. Dan kali ini Mas Bagas juga setuju denganku. Setelah benar-benar mantap dengan jalan yang akan ku ambil, malam harinya aku memutuskan untuk mengatakannya. Akhirnya aku mengirimkan SMS yang intinya bahwa aku ingin melamarnya. Lama ku tunggu tidak ada balasan darinya. Tiba-tiba HP ku bergetar, ku lihat ada satu pesan masuk…darinya. Dia mengatakan akan mempertimbangkannya terlebih dahulu, untuk saat ini dia belum bisa menjawab “iya” atau “tidak”. Tapi kalau dia sudah memutuskan jawabannya, dia berjanji akan segera menghubungiku.
Satu hari, belum ada kabar darinya. Dua hari, tiga hari, juga masih nihil. Tepatnya pada hari keempat dia mengirimkan SMS padaku. Jantung ini serasa berdebar 2 kali lipat lebih cepat dari biasanya. Aku membuka pesan yang dia kirimkan. Bismillah.
Maaf mas…
Deg..membaca tulisan “maaf” pikiranku langsung kalut kala itu.
 Maaf mas, besok kita bisa ketemu nggak. Aku mau menjelaskan masalah “ini”. Besok aku ditemani adikku. Ajkk
Akhirnya aku menyanggupi permintaannya. Kami berjanji akan bertemu di Spesial Sambal. Yah seperti dulu. Saat aku mulai jatuh hati padanya.
***

Categories: , ,

Posting Komentar

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( :-q =))