Lampu Pijar

gelap-cahaya-terang

  • Hei, selamat datang, sugeng rawuh, welcome di blog saya. Di sini tempat corat-coret saya. Itung-itung turut mengurangi pemakaian kertas dan menjaga lingkungan :). Let's go green and enjoy reading.

Surat Cintaku yang Pertama

Posted by Arif Sofi On Minggu, November 27, 2011 0 comments

“Menurutku dia wanita yang baik Mas, dia Insyaalloh juga wanita yang faham, bicaranya sopan, pakaiannya nggak neko-neko, dia juga wanita yang cukup dewasa menurutku,” aku mencoba meyakinkan Mas Bagas, kakakku,  mengenai wanita pilihanku.

“Apa kamu udah yakin dengan pilihanmu, cobalah istiqoroh terlebih dahulu, disini kan juga banyak wanita yang menurut Mas juga faham dan baik,”  saran Mas Bagas.

“Aku udah istiqoroh Mas dan Alhamdulillah dialah yang muncul dalam istiqorohku, di jaman sekarang susah Mas cari wanita yang seperti dia,” aku berusaha membela.

“Oke, kamu memang udah istiqoroh dan dia lah yang muncul dalam istiqorohmu, tapi sekarang kamu kan masih kuliah, kamu masih harus melanjutkan studi mu. Lagi pula dalam istiqoroh, kita bisa bilang kalo sesuatu  itu adalah yang terbarokah bagi diri kita jika kita sudah benar-benar memilikinya. Bisa saja dia yang muncul dalam istiqorohmu nantinya tidak menjadi istrimu, dalam hal ini berarti dia belumlah yang terbarokah untukmu, Alloh pasti telah menyiapkan seseorang yang jauh lebih baik dan lebih barokah dari dia yang nantinya akan menjadi istrimu…”

“Tapi…,

Belum sempat aku selesai dengan ucapanku, Mas Bagas langsung melanjutkan perkataannya, “ Alloh itu akan memberi apa yang kita butuhkan  bukan apa yang kita inginkan dan Alloh juga jauh lebih tahu tentang segala sesuatu yang terbaik dan terbarokah untuk diri kita.”
***
Jatuh cinta?
Aku rasa semua orang pernah atau akan mengalami perasaan ini. Perasaan yang bergejolak di dalam hati yang kadang membuat dirimu lupa diri. Tapi aku tak begitu kuatir dengan perasaan ini, aku cukup senang menikmati perasaan yang disebut cinta ini. Toh itu juga merupakan sebagian dari nikmat Alloh yang diberikan kepada makhluk-Nya, aku hanya perlu mensyukuri nikmat tersebut. Tapi yang aku kuatirkan adalah mengenai cinta yang benar-benar halal untuk diriku, cinta yang benar-benar bisa ku raih, ku kecup, dan ku rindukan kehadirannya. Yah benar, ini semua adalah tentang seseorang yang  nantinya akan menjadi pasangan hidupku. Wanita sholihat yang nantinya akan menjadi ibu bagi anak-anakku, yang akan mengenalkan anak-anakku tentang siapa itu Alloh dan Rosul-Nya, dan nantinya akan membawaku menuju kebahagiaan yang abadi yaitu surga.
Ketika kita telah mencintai seseorang dan merasa cocok dengan dirinya, ingin rasanya mulut ini mengatakan “aku cinta kamu” atau kata-kata lainnya yang menggambarkan perasaan itu. Kata-kata itu mudah untuk diucapkan bahkan oleh anak SD sekalipun, namun tidak bagiku. Dalam sebuah hadist diterangkan bahwa seseorang boleh-boleh saja mengungkapkan rasa cintanya terhadap pujaan hatinya tapi dengan syarat si “penembak” tersebut telah “mampu” dan siap untuk menikah. Seandainya seorang laki-laki mengatakan hal itu pada seorang wanita dan dia juga menerimanya maka yang seharusnya adalah si laki-laki berani untuk melamar kemudian menikahinya. Mungkin terdengar sepele tapi memang begitulah seharusnya. Jangan sampai kita sebagai laki-laki hanya memberikan harapan kosong pada wanita atau istilahnya cuma main-main, tanpa ada keseriusan.
 “Mbak aku suka kamu, Insyaalloh 3 tahun lagi kalo Alloh memberikan kebarokahan untuk kita berdua, aku akan menikahimu. Selama 3 tahun  itu aku akan bekerja sebagai modal untuk membiayai kehidupan rumah tangga kita nantinya.”
Okelah aku membuat janji seperti itu, tapi apa benar selama menunggu sampai pernikahan itu terjadi kemurnian cinta kita benar-benar bisa terjaga. Aku takut setelah kita saling mengungkapkan rasa cinta satu sama lain, kita akan mengurangi kemurnian cinta diantara kita. Aku kuatir aku akan menyanjungmu dengan kata-kata manis dengan dalih karena rindu, aku takut kita akan sering telpon-telponan atau SMS-SMSan dan membenarkan semua perbuatan itu dengan alasan karena kita saling mencintai. Aku tidak mau rasa cinta ini tumbuh menjadi benih kemaksiatan.
Maaf, kepahamanku tidaklah sebanding dengan Umar yang menolak untuk memuaskan hawa nafsu seorang perempuan cantik yang sebenarnya sangat dia cintai. Keberanianku tidaklah seperti Yusuf yang dengan lantang menolak ajakan zina oleh majikannya, Zulaikha. Aku takut apabila rasa cinta ini berubah menjadi hawa nafsu dan akan merobohkan keimananku.
Untuk saat ini biarkanlah aku menyimpan perasaan ini jauh di dalam lubuk hatiku. Biarkanlah aku memohon pada Alloh agar kelak kau akan menjadi istri terbaik dan terbarokah bagiku. Biarkanlah dalam setiap doa, aku menyebut namamu tanpa kau harus mengetahuinya.
Satu yang kupinta darimu…Percantiklah dirimu dengan agama dan kepahaman agar suatu saat aku akan menjadi laki-laki yang sangat beruntung  bisa memilikimu…wahai bidadariku.

Sahur pertama di Syawal 1432H
Ditengah keluarga yang harmonis

Categories: ,

Posting Komentar

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( :-q =))