Lampu Pijar

Sore ini lapangan bola di samping rumahku penuh dengan remaja yang sedang bermain bola. Yah.. tak jauh berbeda dengan sore-sore sebelumnya. Tak seperti biasanya, aku yang hobi bermain bola ini merasa malas untuk menginjakkan kaki di hijaunya rerumputan lapangan tersebut. Sore ini aku hanya bermalas-malasan di kamar, memikirkan tentang hal yang tak pasti. Memikirkanmu.
***
Aku seorang remaja yang telah beranjak dewasa yang tak jauh berbeda dengan remaja pada umumnya. Wajar rasanya bila aku tertarik terhadapmu. Kamu yang selalu terlihat ceria, penuh semangat. Aku sangat senang ketika melihatmu tersenyum. Aku merasakan ada sesuatu yang berbeda dari senyummu.
Menurutku, kamu berbeda dengan wanita yang selama ini aku jumpai. Tapi entahlah, aku pun tak dapat menjelaskan apa yang membuatmu berbeda. Mungkin karena aku belum mengetahuinya atau mungkin saja aku takkan pernah mengetahuinya, hanya masalah waktu sampai itu benar-benar terjadi.
Sejujurnya aku tak begitu paham dengan pemikiranmu, pemikiran seorang wanita. Satu hal yang aku mengerti adalah sifat bawaan wanita yang penuh ketidakpastian dan susah untuk dimengerti. Ada banyak hal yang sebenarnya ingin aku perlihatkan kepadamu. Entah kenapa, sepertinya waktu kita tidak pernah tepat. Ah.. mungkin memang Alloh telah menghendaki demikian. Agar kita menyimpan rahasia kita masing-masing. Sampai kapan? Sampai saat yang ditentukan itu tiba.
Apakah Kamu tahu hal yang paling aku takutkan? Aku takut ketika kamu berada di dekatku. Aku merasa gugup ketika harus berbicara denganmu. Kata-kata yang terlontar dari mulutku sungguh tak karuan, tak tersusun sedikitpun. Untuk menyapamu saja aku harus berpikir dua kali, memikirkan kata-kata yang tepat untuk dirimu.
Apakah kamu juga tahu hal yang paling membuatku senang? Aku senang ketika kamu juga berada di dekatku. Ketika di dekatmu, aku bisa melihat senyum itu. Ceria menjadi ciri khas dirimu yang mampu mendatangkan kenyamanan bagi orang-orang yang ada di dekatmu. Diam-diam aku kadang tertawa ketika melihat tingkahmu saat kebingungan, kamu yang selalu ceria terlihat begitu lucu saat kebingungan.
Senang rasanya bisa mengenalmu kala itu. Kamu yang kelihatan begitu cuek ternyata mampu membuat diriku terpesona. Aku tak tahu pasti sejak kapan aku mulai mengagumimu. Yang aku ingat hanyalah kamu pernah tersenyum kepadaku dan mengucapkan salam. Sebuah senyum yang sampai saat ini aku masih mengingatnya. Senyum yang begitu ceria.
***
Tak terasa hari sudah beranjak malam. Matahari berangsur-angsur menyembunyikan dirinya di balik ufuk barat. Anak-anak yang bermain sepak bola satu persatu juga mulai meninggalkan lapangan. Ah..memikirkanmu memang tak ada habisnya. Aku berharap suatu saat bisa bertemu lagi denganmu, bertemu di waktu yang tepat. Suatu saat dimana Alloh telah menghendaki demikian.