Selasa
malam, 31 Januari 2012.
Sekitar
pukul 19.35 mata saya seolah tertarik oleh kicauan 2 Pencinta Kata yang saling
bersahut-sahutan di sepanjang timeline Twitter saya. Daripada memenuhi kolom
favorit saya, jadi lebih baik dipindahkan kesini. Berikut percakapan mereka,
silahkan ditilik.. ;)
………………………………………………………………………………………………………..
Z :
Koe orang tau kenapa twit gua suke nongol dua kali??!
R :
Karena sekali kamu itu ga cukup
Z: Jangan suka ngeledek. Sekali lagi kamu
ngeledek, kubuat puisi berjudul Rahne, dan ditulis dengan huruf besar semua. :|
R:
Kok ngeledek? Itu pujian. Ah mata kamu udah kebanyakan debu, tulisanku ga
disaring dulu sebelum ditelan kepalamu.
Z: Baiklah, aku minta maaf. Berilah maaf saja.
Jangan memberi hati sekaligus. Aku takut kamu sakit, nanti bisa banyak yang
jenguk.
R:
Kamu minta maaf, aku minta kamu. Gimana? *siap siap dicubit dari 8 arah mata
angin*
Z:
Mintalah aku kepada Tuhan, sebab Ia yang memilikiku.
R:
Kata Tuhan kamu ada di tangannya. Kata orang orang, jodoh di tangan Tuhan. Aku
ingin membuat tali simpul di kedua kalimat tadi
Z:
Aku sadar aku pernah salah dan mungkin masih, tetapi mungkin kamu tidak sadar,
kamu pemaaf yang aku cari.
R:
Udah udah, ada banyak mata yang menangkap kita berdua, nanti kita susah keluar
dari kepala mereka. :p
Z:
Baik, ini terakhir. Aku cuma mau bilang, sampai sekarang aku belum mendapat
jawaban tentang mengapa kamu tak punya sayap. Bye.
R:
Btw, sayapku tersimpan rapi, akan kupakai nanti, sabar, aku baru terjatuh.
Z:
Kamu tidak usah terbang. Berjalan saja, biar aku jadi lantainya.
R:
Kalo kamu jadi lantai, jangankan menginjak, berjalan jinjit aku pun tak mau.
Kalo aku berjalan, iringilah aku. Sehasta bahumu.
Z:
Aku hanya ingin sekali menjadi lantai. Biar aku dapat mencium lututmu yang
bertelut sebut namaku kepada Dia.
R:
Aku bersujud, kamu berlutut. Doa kita sedang berada di lintasan. Jika tidak
bertemu, terima kasih sudah pernah menyebut namaku
Z:
Bahkan aku tidak menyebut namamu saja, aku memahatnya di dalam hati, dengan
tatapan diam yang paling tajam.
R:
Jika namaku terpahat, maka bayanganmu terukir di bias mata. Biar Tuhan yang
melukis kita, entah di kanvas yang sama atau tidak
Z:
Itulah mengapa aku merasa beruntung. Aku dapat melihat lukisan Tuhan, dan itu
kamu, pelukis kata. :)
R:
Dilihat olehmu adalah keberuntungan yang paling manis. Aku ingin berlari ke
mimpimu dan diam sejenak disitu.
Z:
Dan matamu adalah penerang dalam menulis, sehingga kata-kataku dapat berjalan
ke segala pelosok kepala. :)
R:
Aku heran belum ada rasi bintang dengan sebutan namamu. Rasa rasanya pantas,
karena kamu penerang dalam langit kata-kataku.
Z:
Berapa banyak pasir di laut, Ne? Sebanyak itu aku ingin kamu tersenyum.
R:
Sekeras apa angin di musim ini? Aku ingin mereka menghempaskanku sekarang dan
melengkungkan pelangi memancing tawamu.
Z:
Haha, dasar pintar. Segala alam kau libatkan hanya untuk buat orang sedebu aku
tersenyum tulus. Thanks. Kudoakan dietmu sukses.
R:
Debu seharga intan. Jika dietku sukses, pasti tidak sekurus sedotan sepertimu.
Jaga suara, ada byk telinga siap menyantapmu
Z:
Hahaha.. Jadi api cemburumu kemarin tak cukup banyak membakar lemak? Ah, payah
kamu. ;)
R:
Haha api cemburu yg mana? Cuma ada sedikit asap rindu yg meniup mata lalu
beberapa air menetas jatuh dari kelopaknya saat itu
Z
Kau sudah tau dong rasanya sakit. Kini kau juga rasa nikmatnya sembuh.
Nikmatilah dengan memberi maaf. Maaf, Ne. :)
Sekian.
NB:
Ini saya ambil dari tumblr mas Tomkur di SINI . Bahasanya tingkat dewa kakak. Orang macam saya mana paham yang beginian. Hahaha.
Ini adalah kata-kata yang paling aku suka "Doa kita sedang berada di lintasan. Jika tidak bertemu, terima kasih sudah pernah menyebut namaku".
#astaghfirulloh baru aja tobat udah mulai lagi -__-
Ini saya ambil dari tumblr mas Tomkur di SINI . Bahasanya tingkat dewa kakak. Orang macam saya mana paham yang beginian. Hahaha.
Ini adalah kata-kata yang paling aku suka "Doa kita sedang berada di lintasan. Jika tidak bertemu, terima kasih sudah pernah menyebut namaku".
#astaghfirulloh baru aja tobat udah mulai lagi -__-
Posting Komentar