Kali
ini aku mau berbagi cerita seputar pemberkasan yang akhir-akhir ini menjadi
perbincangan bagi kami, para calon ajun akuntan baru. Banyak sekali berkas yang
harus kami kumpulkan. Mulai dari ijazah, SKCK, Kartu Kuning, Surat keterangan
berbadan sehat, Surat keterangan bebas narkoba, Surat lamaran untukmu
kerja, dan surat-surat pernyataan yang lain. Selain jumlahnya banyak, cara
pengisian dan penulisan surat-surat tersebut ternyata cukup merepotkan. Banyak
sekali aturan main yang harus diperhatikan. Salah satu aturannya yaitu harus
ditulis tangan dengan huruf KAPITAL menggunakan snowman drawing pen 0,2
warna hitam. Tidak boleh ada coretan dan tidak boleh di tipp-ex. Salah
sedikit saja berarti mengulang dari awal, sangat menarik.
Surat
pernyataan yang harus diisi ada sekitar 33 lembar dan surat lamaran kerja yang
harus ditulis tangan full satu lembar folio. Mau tidak mau, aku pun juga
harus mengisi berkas-berkas tersebut. Harus teliti dan juga hati-hati. Aku juga
tidak mau jika harus mengulang dari awal, selain capek tentunya juga akan
membutuhkan kertas baru lagi, mubadzir. Ternyata dalam menulis surat pernyataan
sebanyak itu, kita membutuhkan kesabaran. Kalau kita tergesa-gesa atau kemrungsung,
insyaalloh hasilnya kurang memuaskan.
Aku
menoleh ke belakang, ternyata dia adalah Ayu (nama sebenarnya :p) teman
sekantorku.
“Haaah,“ aku mencoba melihat tulisanku. Aku amati betul-betul setiap detailnya.
“Perasaan sama kayak tulisan cowok yang lain, nggak ada bedanya,” gumamku.
Sebenarnya
bukan kali ini saja ada orang yang menganggap tulisanku…ehem…bagus. Sebut saja
Mas Yusuf (juga nama sebenarnya) teman satu kos ku dulu. Ketika pengajian, aku
memaknai hadistku dengan menggunakan tulisan pegon (arab gundul). Karena
melihat tulisanku tiba-tiba dia nyeletuk.
“Kalo
cowok tulisannya bagus, biasanya nanti ceweknya nggak cantik lho.”
What the bla bla bla.
“Aku
kan luar biasa mas. Tulisanku bagus dan istriku nanti insyaalloh juga cantik.”
Soal
tulisan tangan, sepertinya keluargaku dianugerahi tangan yang bisa menulis
dengan bagus. Mulai dari mbak sampai adik-adikku kulihat tulisan tangannya
memang lumayan bagus. Alhamdulillah yah. Oh mungkin gara-gara ini juga aku dulu
tidak diterima di Poltekkes Semarang. “Mana ada dokter yang tulisannya bagus”. Hahaha.