"Coba
lihat dia kawan, begitu terkenal. Banyak wanita mengidolakannya."
Seketika
kemudian aku membayangkan, aku ada di posisinya. Jadi idola dan tentunya banyak
penggemar. Ah, aku jadi senyum-senyum sendiri membayangkannya. Sepertinya
menyenangkan gumamku.
Hahaha…sejurus
kemudian aku tertawa. Mentertawakan diriku sendiri tepatnya.
Aku
geleng-geleng sambil menepuk jidatku. Dasar aneh. Padahal setiap hari aku
selalu berdoa agar dijauhkan dari pelanggaran-pelanggaran. Tapi kenapa aku
malah kepikiran menjadi idola dan populer di kalangan kaum hawa? Benar-benar
aneh. Aku selalu minta agar tidak terbakar tapi aku malah bermain api.
Aku
menjadi orang terkenal? Ah terlalu muluk sepertinya. Aku malah kuatir kalau
ke-terkenal-an ku mengalahkan ke-faham-an ku. Aku ini laki-laki yang mudah
jatuh hati, serius! Sedikit senyum saja, mampu melelehkan hatiku. Terkenal?
Otak ku berpikir sekali lagi mengenai hal itu. Terkenal identik dengan idola,
banyak penggemar, menyenangkan. Ah aku rancu dengan kata yang terakhir. Kau
bisa bayangkan bagaimana jika semua penggemarku memberikan senyuman termanisnya
untukku. Hmmm, bisa klepek-klepek aku
dibuatnya. Barang kali jika aku menjadi terkenal, kau tidak akan mendapati aku
yang sekarang. Dikenal, itu sepertinya sudah cukup bagiku dan terdengar lebih
bersahabat. Ternyata Alloh punya cara tersendiri untuk menjauhkan hamba-Nya
dari ‘api’.
Posting Komentar